Jumat, 25 Maret 2011

Leave in Your Life

Dari judul postingan ini mungkin pembaca sekalian lebih menduga bahwa postingan ini menceritakan sebuah kisah percintaan. Tapi sayangnya tidak, ini sebuah kisah nyata yang benar - benar penulis alami. Sebuah musibah yang mungkin dari paparan masalah kemudian hal - hal yang terjadi, para pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran - pelajaran di balik musibah yang terjadi dalam kisah ini yang mungkin masih di luar fikiran kita semua.
Kisah nyata ini terjadi pada penulis baru - baru ini. Musibah yang mungkin banyak orang yang pernah merasakannya dan banyak pula yang belom pernah merasakannya. Musibah itu adalah saat dimana engkau kehilangan suatu barang pemberian orang terkasih mu (orang tua) yang telah di amanatkan kepadamu untuk dirawat, di jaga dan di perlihara dengan baik. Jadi saat dimana kau diberikan sesuatu yang mungkin tidak semua orang bisa memiliki barang tersebut, karena dari orang tua mu yang mempunyai rezeki lebih akhirnya kamu di berikan barang tersebut yang sebenarnya kamu sendiri tidak yakin untuk menggunakanya karena di lihat dari kondisi mu yang masih duduk di bangku sekolah. Namun biar begitu kamu tetap bahagia, bersuka cita, dan berjanji karena itu pemberian orang tua mu kamu ingin merawat dan menjaganya dengan baik agar tidak membuatnya kecewa.

Kemudian mulailah kamu bersosialisasi dengan hadiah atau pemberian orang tua mu dengan berhati - hati merawat dan menjaganya karena kamu tidak ingin melihat kedua orang tua mu kecewa karenamu. Setalah cukup lama kamu memiliki barang tersebut kini kamu merasa yakin bila barang tersebut berada di dalam tas mu atau mungkin di letakkan di tempat yang mungkin kamu anggap aman. Sampai pada suatu hari saat dimana kamu sibuk dengan aktivitas mu di sekolah, kamu tidak menyadari ketiadaan barang pemberian orang tua mu yang telah di amanatkan kepada mu untuk dipergunakan dengan baik dan benar, di rawat dan di jaganya barang tersebut.

Mungkin kamu pasti kaget dan tidak dapat berfikir dengan jernih dimana barang pemberian orang tua mu yang seharusnya kau jaga dan kau rawat dengan baik. Kamu berusaha untuk terus berfikir dan berfikir dimana terakhir kamu melihat barang tersebut dan dimana terakhir kamu meletakkanya. Barang yang tidak sembarangan orang dapat membeli, barang yang telah di amanatkan kepadamu untuk di jaga dan di rawat dengan baik, dan barang itu adalah barang pemberian orang tua mu. Ternyata barang tersebut telah entah kemana. Kamu berusaha mencari dan terus mencari, serta mencoba meminta kepada semua pihak untuk membantu mencari barang tersebut. Kamu takut barang tersebut hilang entah di ambil oleh pihak lain atau bagaimana. Kamu takut bukan karena nominal dari barang tersebut, tapi karena kamu takut mengecewakan kedua orang tua mu yang telah bersusah payah untuk membahagiakan mu dengan memberikan mu barang tersebut.

Tapi apa balasan mu, engkau malah menyia - nyiakannya begitu saja. Rasa bersalah bergelayut di hati mu yang mungkin kamu sendiri tidak dapat menyelesaikan masalah ini. Berbagai pihak telah kamu tanyakan satu persatu dan meminta bantuannya perihal keberadaan barang kesayangan mu. Kau keukeuh kalau kau terakhir meletakan barang tersebut di tempat dimana kau tunjukan kepada semua orang dimana kau terakhir meletakkannya. Namun semua pihak yang telah berusaha membantu menolong mu untuk mencarikanya tidak berhasil menemukannya dan hasilnya pun nihil. Kamu terpuruk dan benar - benar merasa bahwa kamu telah mengecewakan kedua orang tua mu. Kamu tidak gagal namun kamu berhasil membuat kedua orang tua mu kecewa akan apa yang telah kamu lakukan. Meskipun kamu ingat sekali bahwa barang tersebut ada di tempat tersebut, namun kenyataan berkata lain. Kamu tidak menemukan barangmu kembali dan telah gagal membuat orang tua mu yakin akan apa yang telah diamanatkanya.

Akhirnya kamu pun pulang dengan perasaan ragu - ragu serta takut untuk membicarakan kepada orang tua mu bahwa pemberiannya telah hilang. Sesampainya di rumah rasa takut dan ragu bergelayut di tubuh mu membuatmu takut meceritakan perihal musibah yang telah menimpa mu kepada orang - orang yang ada di rumah. Akhirnya kamu bulatkan tekad untuk menceritakan perihal musibah yang menimpa dirimu. Setelah orang tuamu mengetahui bahwa barang pemberianya sudah tidak ada dengan mu jelas mereka kaget dan kesal karena kau telah membuatnya kecewa. Namun itu semua hanya sementara, kemudian kedua orang tua mu pun lebih menasehati banyak hal karena adanya musibah ini.

* Percakapan Anak & Orang Tua

OT : Nak, sekarang bukan lagi saatnya kita menyesali dan meratapi hilangnya barang dari ayah dan ibu mu ini. Lagi pula itu semua sudah terjadi dan tidak mungkin di ulang kembali.
A : Iya ibu dan ayah. Namun yang aku sangat sesali mengapa musibah itu dapat menimpa diriku. Dan mengapa aku bisa seceroboh itu melatakan barang berharga sembarangan.
OT : iya tak perlu lagi kau sesali hal - hal yang telah terjadi. Mungkin ini musibah atau cobaan dari Allah untuk menguji kesabaran mu dan juga ayah dan ibu.
A : Iya, tapi aku sangat sedih dan mohon maaf sekali karena aku telah mengecewakan kalian dengan sikapku. Aku malah sembarangan meletakannya. Lagi pula setega itukah orang berani mengambil barang ku dan perlu ibu dan ayah tahu hampir semua yang ada disana adalah teman ku.
OT : Iya ayah dan ibu mengerti kau pasti takut mengecewakan ayah dan ibu mu. Ini mungkin bisa menjadi pelajaran besar untuk mu agar lebih peduli terhadap barang sendiri. Kalau masalah setega itu, ya sudah ketahuilah nak kalau pun ada orang yang mengambil barang yang bukan hak dan miliknya dosanya sangat besar. Dalam agama pun orang yang mengambil barang / hak orang lain akan di potong tangannya sebagai ganjaran atas apa yang ia perbuat. Namun kamu tidak boleh menuduh atau berburuk sangka terlebih dahulu sebelum ada bukti konkritnya.
A : Aku tidak tahu lagi harus bagaimana untuk bisa mengembalikan barang itu ayah , ibu (meneteskan air mata)
OT : Nak, tenangkan dirimu. Musibah ini terjadi atas kehendak sang pencipta Allah SWT. Lagi pula nak kalau pun barang tersebut memang rezeki mu pasti barang tersebut kembali lagi kepadamu. Intinya kamu harus ikhlas dan lapang dalam menerima cobaan ini. Kalau memang itu bukan rezeki mu pasti ada yang lebih baik yang nantinya akan kau miliki jauh lebih baik dari sebelumnya. Ibu dan ayah tidak mungkin menyalahkan mu seratus persen namun dari musibah ini ibu dan ayah ingin kamu belajar banyak hal dan kamu dapat mengambil banyak hikmah di balik musibah ini. Seperti sering kami bilang di balik musibah yang sekecil atau sebesar apa pun akan ada sesuatu yang indah yang sudah di atur oleh penciptamu. Yang penting kau banyak - banyak berdoa serta ikhlas dan sabar dalam menanggapi musibah ini. Semoga orang yang telah mengambil barang mu masih mempunyai hati dan mau mengembalikan barangnya kepadamu bila itu masih rezeki mu. Ibu dan ayah pasti selalu mendoakan yang terbaik untuk mu anaku.
A : Terimakasih ayah dan ibu. Aku hanya setitik kecil tanpa kalian disisiku. (Di dalam renungannya si anak berpikir.
*Renungan Sang Anak

Ya Allah, aku telah mengecewakan kedua orang tua ku. Aku telah gagal membuat mereka senang malah aku berhasil membuat mereka kecewa. Aku tahu engkau mungkin saat ini memberi musibah kepadaku agar aku belajar banyak hal. Aku harus lebih peduli dengan barangku sendiri. Aku harus bisa memanage waktu, mungkin karena kesibukan ku dengan barang tersebut waktuku banyak terbuang sia - sia begitu saja. Karena musibah ini kau mengingatkan ku agar selalu berada di dekat mu ya Allah dan tidak membuang - buang waktu. Banyak hal yang lebih penting ketimbang bersantai - santai dengan barang itu. Kau mengingatkan ku untuk fokus terhadap pendidikan yang saat ini ku jalani. Seperti ayah dan ibu bilang bila barang tersebut memang masih rezeki ku maka dekatkan kembali kepada ku. Namun bila barang tersebut memang bukan rezeki ku lagi aku tahu bahwa Allah akan merencanakan hal yang lebih baik dari sebelumnya untuk ku. Aku berharap bila orang yang mengambil barang ku karena dalam kondisi khilaf dan dapat mengembalikannya kepadaku bila memang masih rezeki ku dan semoga hatinya tergetar untuk mengambalikannya kepada pemilik barang tersebut serta ketahuilah di balik itu semua allah akan memberi ganjaran yang setimpal amien. Intinya aku harus ikhlas dan tabah dalam menghadapi ini semua. Semoga dengan adanya musibah ini membuat aku lebih baik, dan lebih berfikir dewasa dalam menanggapi setiap masalah.

Musibah datang silir berganti. Penulis mohon maaf bila ada kata kata yang kurang berkenan dan bila mana ada yang tersinggung namun ketahuilah tujuan penulis adalah mengingatkan kita ke arah yang lebih baik. Penulis sendiri yang baru - baru ini mengalami musibah seperti kisah di atas memohon doa dari semua pihak agar semuanya dapat kembali seperti semula. Dan terimakasih kepada kedua orang tua penulis yang selalu mengingatkan penulis untuk berfikir positif dan selalu percaya bahwa tuhan maha mengetahui apa yang terjadi pada hambanya. Tidak mungkin Allah SWT memberikan musibah di luar batas kemampuan hambanya. Inspirasi kisah ini bersumber dari kisah nyata penulis dan nasihat yang di dapat dari kedua orang tua penulis serta kepada sahabat - sahabat penulis yang berusaha membuat penulis move on namun tetap berusaha membantu menyelesaikan masalah penulis.

Terima kasih mungkin tidak cukup untuk semua sumber inspirasi penulis dan semoga tulisan ini dapat menjadi inspirasi pembaca sekalian dan berguna untuk semua. Tulisan ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis yang selalu sabar dan tabah dalam menghadapi anaknya dan kepada teman - teman penulis yang selalu berusaha membantu menyelasaikan masalah, berusaha mencari solusi dan mengingatkan penulis untuk MOVE ON. Tulisan ini sebagai tanda bahwa penulis harus move on dari keterpurukan ini. Terima kasih semuanya.